Deskripsi objek wisata
Reruntuhan kota Lamanai (diterjemahkan sebagai "buaya bawah laut") adalah pusat budaya dan agama kuno orang Maya, yang terletak di pantai laut. Temuan arkeologi dan jejak serbuk sari jagung di tanah dan batuan sedimen menunjukkan bahwa pemukiman Maya di Lamanai sudah ada pada 1500 SM. Penggalian di sekitarnya juga mengungkapkan bahwa Lamanai mengalami keruntuhan demografis dan sosial-politik yang terjadi di banyak kota besar Maya lainnya pada abad kesembilan. Namun, pemukiman itu tidak ditinggalkan dan sampai pendudukan Spanyol pada abad ke-16 orang-orang tinggal di sana. Pada masa kejayaannya (periode klasik 250-900 M) kota ini berpenduduk sekitar 20 ribu jiwa.
Untuk beberapa waktu setelah kedatangan orang Spanyol, penduduk setempat masih tinggal di kota. Namun sikap kejam para penakluk memaksa penduduk meninggalkan rumah mereka. Penakluk Spanyol membawa buronan Maya kembali ke kota untuk bekerja di tanah. Dengan demikian, Lamanai dihuni kembali. Di bawah pengawasan para biarawan Fransiskan, orang-orang India dibaptis, dan dua gereja dibangun di lokasi tempat-tempat suci Maya. Pemberontakan yang meluas di koloni Spanyol tidak melewati Lamanai, dan pada 1641, menurut dokumen para biarawan Fransiskan, kota itu dihancurkan oleh api dan ditinggalkan.
Setelah penarikan Spanyol dari Belize pada abad ke-18, minat Inggris di Lamanai berpusat di sekitar pengolahan tebu. Sejumlah pekerja Inggris dan keluarga mereka tinggal di sini selama kuartal terakhir abad kesembilan belas, menggunakan gundukan Maya sebagai fondasi untuk rumah mereka sendiri. Dengan demikian, Lamanai adalah kota Maya yang terus dihuni lebih lama dari yang lain.
Penggalian arkeologi kota kuno dimulai pada tahun 1974. Reruntuhan gereja-gereja Spanyol dan rumah-rumah Inggris telah membuat para ilmuwan berasumsi bahwa ada lebih banyak struktur kuno di bawahnya. Sebuah tempat perlindungan di bawah salah satu gereja ditemukan, banyak tembikar, usia tempat itu ditentukan. Penelitian berlanjut hingga hari ini.