Deskripsi objek wisata
Pelabuhan Sunda Kelapa adalah pelabuhan kuno yang terletak di muara Sungai Chilivung. Nama Sungai Chilivung, diterjemahkan dari bahasa Indonesia, terdengar seperti "sungai berlumpur". Sungai ini merupakan sungai terbesar di kota Jakarta. Pada masa ketika pulau Jawa dijajah oleh Belanda, Sungai Chilivung penting dan pelabuhan merupakan perhentian penting dalam perjalanan banyak kapal dagang dari seluruh dunia. Selain itu, sungai itu merupakan sumber air tawar bagi penduduk kota. Sayangnya, saat ini air Chiliwung tercemar oleh limbah industri dan domestik, tetapi meskipun demikian, sejumlah besar ikan, serta kepiting, udang, dan krustasea lainnya, tetap berada di dalam air.
Pelabuhan Sunda Kelapa pernah menjadi pelabuhan utama kerajaan Sunda, dari situlah sejarah ibu kota Indonesia Jakarta dimulai. Diterjemahkan dari bahasa Sunda, "kelapa" adalah jenis kelapa lokal, karena itulah nama pelabuhannya. Pada abad ke-13, perdagangan merupakan salah satu sumber pendapatan kerajaan Sunda. Patut dicatat bahwa pelabuhan Sunda Kelapa adalah salah satu dari sedikit pelabuhan Indonesia yang ada saat itu yang memelihara hubungan perdagangan dengan Eropa dan menerima kapal-kapal mereka.
Pada tahun 1527, Sunda Kelapa diserang oleh pasukan Kesultanan Demak, dan tak lama kemudian Sunda Kelapa berganti nama menjadi Jakarta. Belakangan, pelabuhan tersebut menjadi bagian dari kesultanan Banten. Selama penjajahan Belanda, sebuah kota baru dibangun di dekat pelabuhan, yang disebut Batavia. Sebagai pelabuhan utama, berfungsi hampir sampai akhir abad ke-19, ketika pelabuhan baru Tanjung Priok dibangun untuk meringankan arus kapal yang datang. Pelabuhan baru terletak 9 km sebelah timur pelabuhan lama. Setelah Indonesia merdeka, pelabuhan Batavia dikembalikan ke nama aslinya, Sunda Kelapa, sebagai penghormatan terhadap sejarah masa lalu pelabuhan di sumber kota Jakarta.