Deskripsi objek wisata
Pada tahun 1220, tanah di sekitar desa Padise diberikan kepada Biara Dunamünde (sekarang Daugavgriva di wilayah Riga) sebagai hadiah bagi penduduk asli biara ini yang membantu membawa penduduk setempat kepada iman dan pembaptisan. Agaknya, sebuah kapel (kapel) pada awalnya dibangun, yang diyakini dari batu. Setidaknya ada informasi bahwa pada tahun 1310 para biarawan meminta izin kepada raja Denmark Eric Menved untuk membangun bangunan batu. Beberapa biksu dikirim ke sini untuk mengembangkan kehidupan religius desa dan memelihara kapel.
Pada tahun 1317, konstruksi aktif gedung gereja dimulai di Padise. Untuk pekerjaan itu, marmer Vasalemmaic digunakan, dan kemudian batu-batu besar. Dinding batu yang mengelilingi bangunan biara besar bergantung pada relief dan mengikuti dasar sungai. Pembangunan biara dihentikan pada tahun 1343 pada malam Hari St. George, ketika pemberontakan Estonia terjadi. Kemudian, menurut catatan sejarah Hermann Wartberg, 28 biksu dibunuh dan gedung-gedung dibakar. Setelah pemberontakan, Denmark menyerahkan Estonia Utara ke Ordo Livonia.
Para Cistercians menjalani gaya hidup pertapa, tidak makan daging. Cistercian adalah ordo monastik Katolik yang terpisah dari ordo Benediktin pada abad ke-11. Para biarawan Cistercian dicirikan oleh gaya hidup pertapa yang kontemplatif. Gereja-gereja ordo ini dicirikan oleh tidak adanya interior mewah, peralatan berharga, dan lukisan. Ordo tersebut menjadi begitu berpengaruh dan terkenal sehingga pada abad ke-13 sudah berjumlah sekitar 200 biara, dan pada awal abad ke-14 jumlah mereka meningkat menjadi 700. Untuk menghormati St. Bernard dari Clairvaux, yang memainkan peran penting dalam pembentukan dan pengembangan ordo, pengrajin mengukir gereja di konsol batu gambar santo ini bersama dengan simbol kesetiaan - anjing. Keluarga Cistercians mendirikan peternakan ikan di Padise, yang mencakup beberapa kolam. Biara mencapai fajar tertinggi pada tahun 1400.
Setelah Perang Livonia, sebagian besar bangunan biara dihancurkan. Diketahui bahwa selama perang ini kepala biara dipenggal. Sejak itu, ada legenda tentang hantu biksu yang tinggal di sini, yang dapat muncul di depan orang-orang kapan saja, siang atau malam.
Hari ini reruntuhan biara Padise telah mengalami restorasi sebagian. Batu bata diawetkan dari kehancuran lebih lanjut. Biara terbuka untuk pemeriksaan gratis. Halaman, serta bangunan biara itu sendiri, sering digunakan untuk pertunjukan, konser, dan pernikahan.